Monday, 12 May 2014

Suroloyo

Minggu, 4 mei 2014
     “Wah, Suroloyo keren. Aku bisa liat Borobudur!”
     “Jangan pernah bilang udah nikmatin Jogja kalo belum ke Suroloyo!”
     “Heh? Belum pernah ke Suroloyo? Plis deehh ....”
Yap, itulah bermacam argumen dari teman-teman ketika aku bilang aku belum pernah ke Suroloyo. Tapi, itu dulu. Waktu masih jadi mahasiswa unyu nan polos, masih takut sama ancaman daerah lain selain kampus dan kos, masih sering mikirin ini baru tanggal segini *sekarang juga sih*.
     Tapi, yang paling aku pikirin soal Suroloyo itu ... jalan menuju ke sana. Banyaaakkk banget yang bilang kalau jalannya berliku, kiri-kanan jurang, hutan, naik-turun ... tapi punya pemandangan keren. Nah nah naahh ... jalan berliku naik turun dengan tepian jurang ituuu yang bikin aku selalu mengurungkan niat ketika diajakin ke Suroloyo.
     Dan sekarang, tahun-tahun penuh ketakutan itu telah berakhir. Kini aku telah dewasa. Aku tahu sudah waktunya keluar dari cangkang. Menghirup udara segar nan menggelora. Suroloyo, here i come!

How to get there?
    Serius, sebelum ini, aku-belum-pernah-sama-sekali-menginjakkan-kaki-di-Kulonprogo. Dan, Suroloyo itu kan letaknya di Kulonprogo. Tepatnya di Desa Gerbosari, Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta, Indonesia. Sedangkan koordinat Puncak Suroloyo yaitu S7°38’50.2″ E110°10’48.1″. Dengan waktu tempuh sekitar 1,5-2 jam dari UGM.
     Lah kok? Pegimane cara ente bisa nyampe Suroloyo?
     Gugling donk, Sayang .... Tanya kanan-kiri, temen-temen asli Jogja yang belum atau pernah ke Suroloyo dan tahu banget jalan ke Suroloyo.
     Layaknya menuju Roma, ternyata Suroloyo juga memiliki banyak jalan. Yang paling aku inget dari hasil gugling dan nanya kanan-kiri, kalau mau ke Suroloyo bisa lewat Godean-Kenteng-Dekso-Samigaluh-Sidoharjo-Suroloyo. Atau, bisa juga lewat Godean-Kenteng-Dekso-Boro-Samigaluh-Suroloyo. Nah lo, daerah apaan ituuu???
     Tapi oke, aku coba aja jalan. Ketika berangkat, aku coba jalan pertama, yaitu lewat Sidoharjo. Kenapa? Soalnya, ketika gugling, ada satu tempat yang namanya Curug Sidoharjo. Semacam air terjun gitu. Keren. Nah, siapa tahu ntar bisa mampir situ. Tapi, apa yang terjadi? Alamaaakkk ... jalannya yahuuuddddd. Udah naik, rusak, berbatu, kiri-kanan jurang ... iyuwh. Udah gitu, nggak nemu curug yang dimaksud. Untung daku cuma mbonceng di belakang. Kalau daku yg pegang motor, wasalam dah. Mau lanjut nggak bisa, mau balik nggak bisa muter. Sampe berkali-kali aku bilang, “Udah ya, aku turun aja, ya. Aku jalan aja deh sampe atas. Plisss ....” Saking paniknya, Pemirsah.
     Jalan rusak berbatu itu sebenarnya cuma ditempuh selama 15 menit. Tapi rasanyaaaa ... rrrruarrrr biasa! Setelah nyampe atas ... tahu apa yang terjadi? Aku liat jalanan aspal mulus nan cantik, dooonnkkk. Lah kalau ada jalan mulus kayak gini, kenapa tadi musti senam jantung segala?
     Jadi, ternyata, ada jalan lain. Jalan kebenaran. Jalan yang lebih mudah. Ibarat ke Pulau Bali, kenapa kita musti berlama-lama naik bus dan nyebrang pake ferry kalau naik pesawat dapet tiket promo? Nah, itu dia!
     Lebih baik, para pemula lewat Boro aja. Dari perempatan ring road Jalan Godean terus ke barat - Pasar Godean terus ke barat - perempatan swalayan Purnama masih ke Barat - sampai Perempatan Kenteng (bagi yg belum tahu Perempatan Kenteng: perempatan yang ada papan penunjuk jalan > kiri ke Sentolo, lurus ke Gua Kiskendo, kanan ke Muntilan/Magelang) - ambil arah kanan ke Muntilan/Magelang - sampailah di Perempatan Dekso (bagi yg belum tahu Perempatan Dekso: perempatan yang ada tugu di tengahnya) - ambil jalan lurus ke Boro - sampai nemu pertigaan dengan penunjuk jalan: kiri ke Boro, lurus ke Magelang - ambil arah kiri ke Boro - ikutin jalan berlikunya (dengan aspal yang udah mulus dan pemandangan yang apik) - sampai nemu pertigaan yang ada petanya - ambil arah kiri untuk menuju Suroloyo - ikutin aja jalan berlikunya - daaaannnn ... sampailah di Suroloyo!

Aral melintang
     Dua kali tersesat: yang pertama, dari arah Perempatan Kenteng, aku ambil kiri ke Sentolo. Kenapa? Karena, aku pernah baca blog kalau ke Suroloyo bisa lewat Sentolo. Jalan teruuuss, dan setelah nyampe Sentolo malah bingung sendiri. Akhirnya, balik lagi ke Perempatan Kenteng dan ambil ke arah Muntilan/Magelang.
     Yang kedua, bukan tersesat sih, lebih tepatnya salah jalan. Nyampe ke Suroloyo, tapi jalannya aduhay sekali. Seperti yang aku bilang di atas, rusak berbatu dengan tepian jurang. Dan, kayaknya lebih jauh.
Sebenarnya aku lebih penasaran sama Curug Sidoharjo-nya. Inilah yang membuat aku salah jalan ke jalan yang rusak berbatu.
Ini ujung jalan yang rusak berbatu.

      Jadi ceritanya, setelah nyampe perempatan Dekso, aku nggak tahu musti ke mana. Akhirnya, mampirlah ke sebuah warung kecil yang jual es dawet. Yah, lumayanlah. Itung-itung nyegerin tenggorokan.
Ini dawet pinggir jalan.

     Beristirahatlah kami di warung itu. Sembari tanya ke bapak-bapak yang kayaknya penduduk asli situ. “Pak, arah ke Sidoharjo di mana, ya?” Bapaknya bilang, dari perempatan tadi, ambil kiri (barat). Oh oke, dengan segera kami tandaskan es dawet dan membayarnya. Tapi, apa yang terjadi? Kami terbelalak. Harga es dawetnya bener-bener dewa! Cuma 2.000 rupiah! Waw banget!
     Begitulah, kami lanjutkan perjalanan lewat Sidoharjo dan melewati jalan yang aduhay tadi. 

Sesampainya di Suroloyo
     Ada capung. Ada Punokawan. Ada capung lagi. Ada tangga. Ada tempat makan. Ada monyet liar. Ada penginapan di bawak bukit. Ada tangga lagi. Ada gardu pandang. Ada tangga lagi dan lagi. Ada gardu pandang lagi. Ada pemadangan indah. Ada pemandangan pasangan lagi mojok.
     Serius dan sumpah. Keren loh pemandangannya. Sejauh mata memandang, warna hijau mendominasi. Dihiasi capung dan kupu-kupu yang berterbangan. Sempurna. Lebih sempurna lagi bila dilihat saat malam hari. Berhias lampu kota di bawah, bertabur lampu Sang Maha Pencipta di atas. Nikmat mana lagi yang kau dustakan?
     Ada lima gardu pandang yang tersebar. Ada banyak penginapan kalau memang pengin liat sunset/sunrise (120.000/penginapan untuk berapa pun orang. Tapi kayaknya di rumah penduduk lebih murah).

Like/Dislike
Aku suka capung dan kupu-kupu yang beterbangan.
Aku suka warna hijaunya.
Aku suka rasa capek yang menyerang kaki. Bukannya menyakitkan, tapi malah menyenangkan. Sensasinya gimanaaa gitu.
Aku suka tiap tarikan napas dan menghirup segarnya udara.
Aku suka melihat cahaya matahari yang menembus awan.
Aku suka hujan yang mengguyur suatu wilayah. (Dan aku melihatnya dari atas. Terlihat bedanya.)
Aku suka leyeh-leyeh sambil makan bakso cinta. (Iya, emang ada yang jual bakso cinta, loh. Bentuknya lope-lope. 7.000 rupiah.)
Bakso cintaaaa.

But,
Aku nggak suka sama pengunjung yang mojok. Pacaran gitu deh. Masalahnya, itu tempat umum, Dek. Nggak usah deket-deket gitu. Sewajarnya aja. Kalau mau liat muka pacar, ngapain musti jauh-jauh ke Suroloyo?
Nggak ada masjid/mushalla. Toilet pun ada di bawah, dekat tempat parkir. Jadi, kalau udah di gardu pandang dan ingin pipis, musti turun lagi. Agak repot.
Nggak ada tepat sampah. Akhirnya, aku dan partner malah wisata sampah. Ambil kresek, masukin sampah yang ditemuin, dan masukin ke kresek. Lumayan, bisa buat oleh-oleh.

Bujet
Air mineral 2.000 (Beli di Indomaret merek Aqua 1.500 l. Sebenarnya 4.000, tapi karena patungan jadinya cuma 2.000.)
Bensin 10.000 (Sebenarnya 20.000. Tapi, karena patungan, jadinya cuma 10.000. Itu pun habis tanpa sisa karena pake tersesat dan salah jalan.)
Tiket masuk 3.500 (Satu motor 7.000.)
Beli makanan 7.000 (Bergantung beli apa aja, sih. 7.000 itu buat beli bakso cinta.)
Camilan 5.000 (Buat beli bakso tusuk. Bakalan lebih mahal kalau kamu beli yg lain juga, apalagi sama anak kecil.)
Parkir 2.000 (Karena aku yang dibonceng, nggak pa-palah aku yang bayar parkir.)
Jadi, totalnya adalah .... 29.000. Bakalan nambah kalau kamu pake sewa penginapan atau tenda. Bergantung makanan juga, sih. Kalau bawa bekal, lumayan menghemat loh.

Foto
     Nih, hasil jeprat-jepret di Suroloyo. Selamat menikmati J.
Disambut sama patung Punokawan.

Tempat parkir.

Warung.

Tolilet. Di  puncak nggak ada toliet loh. Ada baiknya nyalurin hasrat di sini sajo.

Siap naik? Yuk.

Naik lagi. 

Gardu pandang (1).

Tangga lagi. Hosh hos. 

Tangga lagi. Hosh hosh hosh.

Gardu pandang (2)


Tanga tangga tanggaaaa.

Tempat parkir (2)

Jalan nanjak ke gardu pandang lain.

Gardu pandang, tapi rusak.

Ni rusaknya kayak gini.


Gardu pandang (3)

Jalan ke gardu pandang (4). Gardu pandangnya nggak kelihatan. Capek mau naik lagi.

Tempat makan yang jual bakso cinta. Kalau mau shalat, bisa di sini.

Ada tanaman teh, loh.

Ada pula kopi.

Bagus.


Keren.

Menarik.


Indah.
Ini dia "oleh-oleh" dari Suroloyo -,-''

Ps: Aku nggak bisa liat Borobudur, hiks. Lagi mendung. Berkabut juga. Atau ... aku yang nggak tahu Brobudur ada di mana, ya? Yah, mungkin ini pertanda suatu hari nanti aku musti balik ke sana untuk lihat Candi Borobudur J.



1 comment: