Minggu, 4 mei 2014
“Wah, Suroloyo keren. Aku bisa liat Borobudur!”
“Jangan pernah bilang udah nikmatin Jogja kalo belum ke
Suroloyo!”
“Heh? Belum pernah ke Suroloyo? Plis deehh ....”
Yap, itulah bermacam argumen dari teman-teman ketika aku
bilang aku belum pernah ke Suroloyo. Tapi, itu dulu. Waktu masih jadi mahasiswa
unyu nan polos, masih takut sama ancaman daerah lain selain kampus dan kos,
masih sering mikirin ini baru tanggal segini *sekarang juga sih*.
Tapi, yang paling aku pikirin soal Suroloyo itu ... jalan
menuju ke sana. Banyaaakkk banget yang bilang kalau jalannya berliku,
kiri-kanan jurang, hutan, naik-turun ... tapi punya pemandangan keren. Nah nah
naahh ... jalan berliku naik turun dengan tepian jurang ituuu yang bikin aku
selalu mengurungkan niat ketika diajakin ke Suroloyo.
Dan sekarang, tahun-tahun penuh ketakutan itu telah
berakhir. Kini aku telah dewasa. Aku tahu sudah waktunya keluar dari cangkang.
Menghirup udara segar nan menggelora. Suroloyo, here i come!
How to get there?
Serius, sebelum ini, aku-belum-pernah-sama-sekali-menginjakkan-kaki-di-Kulonprogo.
Dan, Suroloyo itu kan letaknya di Kulonprogo. Tepatnya di Desa Gerbosari, Samigaluh, Kulon Progo,
Yogyakarta, Indonesia. Sedangkan koordinat Puncak Suroloyo yaitu
S7°38’50.2″ E110°10’48.1″. Dengan waktu
tempuh sekitar 1,5-2 jam dari UGM.
Lah kok? Pegimane cara
ente bisa nyampe Suroloyo?
Gugling donk, Sayang .... Tanya kanan-kiri, temen-temen asli
Jogja yang belum atau pernah ke Suroloyo dan tahu banget jalan ke Suroloyo.
Layaknya menuju Roma, ternyata Suroloyo juga memiliki banyak
jalan. Yang paling aku inget dari hasil gugling dan nanya kanan-kiri, kalau mau
ke Suroloyo bisa lewat Godean-Kenteng-Dekso-Samigaluh-Sidoharjo-Suroloyo. Atau,
bisa juga lewat Godean-Kenteng-Dekso-Boro-Samigaluh-Suroloyo. Nah lo, daerah
apaan ituuu???
Tapi oke, aku coba aja jalan. Ketika berangkat, aku coba
jalan pertama, yaitu lewat Sidoharjo. Kenapa? Soalnya, ketika gugling, ada satu
tempat yang namanya Curug Sidoharjo. Semacam air terjun gitu. Keren. Nah, siapa
tahu ntar bisa mampir situ. Tapi, apa yang terjadi? Alamaaakkk ... jalannya
yahuuuddddd. Udah naik, rusak, berbatu, kiri-kanan jurang ... iyuwh. Udah gitu,
nggak nemu curug yang dimaksud. Untung daku cuma mbonceng di belakang. Kalau
daku yg pegang motor, wasalam dah. Mau lanjut nggak bisa, mau balik nggak
bisa muter. Sampe berkali-kali aku bilang, “Udah ya, aku turun aja, ya. Aku
jalan aja deh sampe atas. Plisss ....” Saking paniknya, Pemirsah.
Jalan rusak berbatu itu sebenarnya cuma ditempuh selama 15
menit. Tapi rasanyaaaa ... rrrruarrrr biasa! Setelah nyampe atas ... tahu apa
yang terjadi? Aku liat jalanan aspal mulus nan cantik, dooonnkkk. Lah kalau ada
jalan mulus kayak gini, kenapa tadi musti senam jantung segala?
Jadi, ternyata, ada jalan lain. Jalan kebenaran. Jalan yang
lebih mudah. Ibarat ke Pulau Bali, kenapa kita musti berlama-lama naik bus dan
nyebrang pake ferry kalau naik pesawat dapet tiket promo? Nah, itu dia!
Lebih baik, para pemula lewat Boro aja. Dari perempatan ring road Jalan Godean terus ke
barat - Pasar Godean terus ke barat - perempatan swalayan Purnama masih ke
Barat - sampai Perempatan Kenteng (bagi yg belum tahu Perempatan Kenteng:
perempatan yang ada papan penunjuk jalan > kiri ke Sentolo, lurus ke Gua
Kiskendo, kanan ke Muntilan/Magelang) - ambil arah kanan ke Muntilan/Magelang - sampailah
di Perempatan Dekso (bagi yg belum tahu Perempatan Dekso: perempatan yang ada
tugu di tengahnya) - ambil jalan lurus ke Boro - sampai nemu pertigaan dengan
penunjuk jalan: kiri ke Boro, lurus ke Magelang - ambil arah kiri ke Boro - ikutin
jalan berlikunya (dengan aspal yang udah mulus dan pemandangan yang
apik) - sampai nemu pertigaan yang ada petanya - ambil arah kiri untuk menuju
Suroloyo - ikutin aja jalan berlikunya - daaaannnn ... sampailah di Suroloyo!
Aral melintang
Dua kali tersesat: yang pertama, dari arah Perempatan Kenteng,
aku ambil kiri ke Sentolo. Kenapa? Karena, aku pernah baca blog kalau ke
Suroloyo bisa lewat Sentolo. Jalan teruuuss, dan setelah nyampe Sentolo malah
bingung sendiri. Akhirnya, balik lagi ke Perempatan Kenteng dan ambil ke arah
Muntilan/Magelang.
Yang kedua, bukan tersesat sih, lebih tepatnya salah jalan. Nyampe
ke Suroloyo, tapi jalannya aduhay sekali. Seperti yang aku bilang di atas,
rusak berbatu dengan tepian jurang. Dan, kayaknya lebih jauh.
Sebenarnya aku lebih penasaran sama Curug Sidoharjo-nya.
Inilah yang membuat aku salah jalan ke jalan yang rusak berbatu.
![]() |
Ini ujung jalan yang rusak berbatu. |
Jadi ceritanya, setelah
nyampe perempatan Dekso, aku nggak tahu musti ke mana. Akhirnya, mampirlah ke sebuah warung kecil yang jual es dawet. Yah, lumayanlah.
Itung-itung nyegerin tenggorokan.
![]() |
Ini dawet pinggir jalan. |
Beristirahatlah kami di warung itu. Sembari tanya ke
bapak-bapak yang kayaknya penduduk asli situ. “Pak, arah ke Sidoharjo di mana,
ya?” Bapaknya bilang, dari perempatan tadi, ambil kiri (barat). Oh oke, dengan
segera kami tandaskan es dawet dan membayarnya. Tapi, apa yang terjadi? Kami
terbelalak. Harga es dawetnya bener-bener dewa! Cuma 2.000 rupiah! Waw banget!
Begitulah, kami lanjutkan perjalanan lewat Sidoharjo dan
melewati jalan yang aduhay tadi.
Sesampainya di
Suroloyo
Ada capung. Ada Punokawan. Ada capung lagi. Ada tangga. Ada
tempat makan. Ada monyet liar. Ada penginapan di bawak bukit. Ada tangga lagi.
Ada gardu pandang. Ada tangga lagi dan lagi. Ada gardu pandang lagi. Ada
pemadangan indah. Ada pemandangan pasangan lagi mojok.
Serius dan sumpah. Keren loh pemandangannya. Sejauh mata
memandang, warna hijau mendominasi. Dihiasi capung dan kupu-kupu yang
berterbangan. Sempurna. Lebih sempurna lagi bila dilihat saat malam hari.
Berhias lampu kota di bawah, bertabur lampu Sang Maha Pencipta di atas. Nikmat
mana lagi yang kau dustakan?
Ada lima gardu pandang yang tersebar. Ada banyak penginapan
kalau memang pengin liat sunset/sunrise (120.000/penginapan untuk berapa pun
orang. Tapi kayaknya di rumah penduduk lebih murah).
Like/Dislike
Aku suka capung dan kupu-kupu yang beterbangan.
Aku suka warna hijaunya.
Aku suka rasa capek yang menyerang kaki. Bukannya
menyakitkan, tapi malah menyenangkan. Sensasinya gimanaaa gitu.
Aku suka tiap tarikan napas dan menghirup segarnya udara.
Aku suka melihat cahaya matahari yang menembus awan.
Aku suka hujan yang mengguyur suatu wilayah. (Dan aku
melihatnya dari atas. Terlihat bedanya.)
Aku suka leyeh-leyeh sambil makan bakso cinta. (Iya, emang
ada yang jual bakso cinta, loh. Bentuknya lope-lope. 7.000 rupiah.)
![]() |
Bakso cintaaaa. |
But,
Aku nggak suka sama pengunjung yang mojok. Pacaran gitu deh.
Masalahnya, itu tempat umum, Dek. Nggak usah deket-deket gitu. Sewajarnya aja.
Kalau mau liat muka pacar, ngapain musti jauh-jauh ke Suroloyo?
Nggak ada masjid/mushalla. Toilet pun ada di bawah, dekat tempat parkir. Jadi, kalau udah di gardu pandang dan ingin pipis, musti turun lagi. Agak repot.
Nggak ada tepat sampah. Akhirnya, aku dan partner malah
wisata sampah. Ambil kresek, masukin sampah yang ditemuin, dan masukin ke
kresek. Lumayan, bisa buat oleh-oleh.
Bujet
Air mineral 2.000 (Beli di Indomaret merek Aqua 1.500 l.
Sebenarnya 4.000, tapi karena patungan jadinya cuma 2.000.)
Bensin 10.000 (Sebenarnya 20.000. Tapi, karena patungan,
jadinya cuma 10.000. Itu pun habis tanpa sisa karena pake tersesat dan salah
jalan.)
Tiket masuk 3.500 (Satu motor 7.000.)
Beli makanan 7.000 (Bergantung beli apa aja, sih. 7.000 itu
buat beli bakso cinta.)
Camilan 5.000 (Buat beli bakso tusuk. Bakalan lebih mahal
kalau kamu beli yg lain juga, apalagi sama anak kecil.)
Parkir 2.000 (Karena aku yang dibonceng, nggak pa-palah aku
yang bayar parkir.)
Jadi, totalnya adalah .... 29.000. Bakalan nambah kalau kamu
pake sewa penginapan atau tenda. Bergantung makanan juga, sih. Kalau bawa
bekal, lumayan menghemat loh.
Foto
Nih, hasil jeprat-jepret di Suroloyo. Selamat menikmati J.
![]() |
Disambut sama patung Punokawan. |
![]() |
Tempat parkir. |
![]() |
Warung. |
![]() |
Tolilet. Di puncak nggak ada toliet loh. Ada baiknya nyalurin hasrat di sini sajo. |
![]() |
Siap naik? Yuk. |
![]() |
Naik lagi. |
![]() |
Gardu pandang (1). |
![]() |
Tangga lagi. Hosh hos. |
![]() |
Tangga lagi. Hosh hosh hosh. |
![]() |
Gardu pandang (2) |
![]() |
Tanga tangga tanggaaaa. |
![]() |
Tempat parkir (2) |
![]() |
Jalan nanjak ke gardu pandang lain. |
![]() |
Gardu pandang, tapi rusak. |
![]() |
Ni rusaknya kayak gini. |
![]() |
Gardu pandang (3) |
![]() |
Jalan ke gardu pandang (4). Gardu pandangnya nggak kelihatan. Capek mau naik lagi. |
![]() |
Tempat makan yang jual bakso cinta. Kalau mau shalat, bisa di sini. |
![]() |
Ada tanaman teh, loh. |
![]() |
Ada pula kopi. |
![]() |
Bagus. |
![]() |
Keren. |
![]() |
Menarik. |
![]() |
Indah. |
![]() |
Ini dia "oleh-oleh" dari Suroloyo -,-'' |
Ps: Aku nggak bisa liat Borobudur, hiks. Lagi mendung.
Berkabut juga. Atau ... aku yang nggak tahu Brobudur ada di mana, ya? Yah,
mungkin ini pertanda suatu hari nanti aku musti balik ke sana untuk lihat Candi
Borobudur J.
mantap juga ini pemandangannya ya...
ReplyDeletepaket wisata jogja murah