Sabtu, 24 Mei 2014
“Ini Bali? Bukan, ini Pantai Ngobaran, Gunung Kidul.”
Aku pernah baca ungkapan itu di salah satu media sosial. Dengan gambar mbak
cantik dan bunga kemboja yang tersemat di telinganya, senyum manis di kamera,
latar belakang pura indah dan laut biru. Bali banget, kan? Tapi ternyata nggak,
lho. Itu di salah satu pantai di Gunung Kidul. Pantai Ngobaran.
How to get there?
Pantai Ngobaran terletak di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari,
Kabupaten Gunung Kidul. Sekitar 2-3 jam kalau dari UGM. Lumayan jauh, ya? Lumayaaannn ... bikin
pantat tepos.
Ancer-ancernya:
UGM – Ring road Jln. Wonosari – Piyungan – Tikungan Bokong
Semar – Hargodumilah – Patuk – Tikungan Irung Petruk (sekarang ada jembatannya
lho) – Sambi Pitu – Hutan Tleseh – Lapangan Udara
Gading – Pertigaan Gading ke kanan (arah ke Playen Paliyan) – pertigaan kantor
kecamatan ke kanan – pertigaan BRI ke kiri – Pusiklat TNI AD – Hutan Sodong – ada
pertigaan Alfamart ambil kiri – tetap ikuti jalan – sampai ada pertigaan lagi
dengan penunjuk jalan Pantai Ngobaran/Ngrenehan – ikuti jalan aja lagi sampai
ada tulisan kayak gini:
Nah, setelah lihat gapura itu dan bayar retribusi sebesar
Rp5.000,00 per orang, lanjut lagi jalan sekitar 8 km (tapi 8 km itu kayaknya
diukur secara garis lurus, sementara jalannya berkelok-kelok, jadinya ya berasa
dua kali lipatnya :D).
Yang patut disyukuri, banyak banget penunjuk jalan. Kesasar? Keciiilll banget kemungkinannya :D.
Ada apa aja di sana?
Ada Baliiiiii ... eh, bukan dink. Ada pura dan laut yang
mirip banget kayak suasana di Bali. Ada tebing berkarang yang membatasi Pantai
Ngobaran dan Nguyahan. Ada juga alba hijau yang bisa dilihat kalau air surut.
Ada mitos tentang Pantai Ngobaran.
Konon katanya, Prabu Brawijaya V membakar diri di pantai
ini. Alasannya, beliau tidak mau terlibat peperangan dengan Raden Patah,
pendiri Kerajaan Demak yang notabene adalah anak kandungnya sendiri. Nah, dari
mitos inilah nama “Ngobaran” berasal (Ngobaran >> kobar >> api). Mitos
lain mengatakan bahwa Prabu Brawijaya V hanya berpura-pura membakar diri, bukan
benar-benar membakar dirinya sendiri. Dari mitos ini, sudah muncul bibit-bibit mulikulturalisme yang sampai sekarang masih ada. Prabu Brawijaya V menganut kepercayaan Kejawan dan Raden Patah dari Kerajaan Demak menganut agama Islam (Kerajaan Demak adalah satu kerajaan Islam di Nusantara).
Sebenaranya ini masih menjadi perdebatan. Apa benar mitos
itu? Sebab, mitos itu menggambarkan bahwa ajaran Islam meluas dengan jalan
kekerasan, sampai-sampai Prabu Brawijaya V harus rela (berpura-pura) membakar
diri karena beliau menganut kepercayaan Kejawan. Kejawan adalah kepercayaan peninggal Prabu Brawijaya V, diambil dari nama salah satu putra Brawijaya V, yaitu Bondhan Kejawan.
Tapi yang pasti, multikulturalisme terlihat kuat di pantai
ini. Masjid dan pura yang berdiri berdekatan. Indah banget, seindah pasir dan
karang yang mengelilingi Pantai Ngobaran.
Untuk kuliner khas, aku baca-baca ada yang jual landak laut
dan makanan laut lain. Tapi karena tujuan ke Pantai Ngobaran adalah menikmati
pura dan pantainya, jadi bujet untuk makan-makan cantik nggak ada. Alias nggak
nyobain :D.
Like/dislike
Puranya indah, pantainya ciamik.
Toilet bersih.
But,
Sepanjang tangga ada coretan gitu. Ada beberapa sampah
juga di sekitar pantai. Memang ada tempat sampah, tapi ada di atas tebing
(kalau ingin menuju pantai memang harus menuruni tebing karang).
Bujet
Bensin 30.000 (karena lumayan jauh dan pake nyasar)
Tiket 5.000
Parkir 2.000
Toliet 2.000
Total pengeluaran utama: 39.000. Sepadan dengan pantai yang
eksotis J.
No comments:
Post a Comment