Minggu, 11 Mei 2014
Setelah Suroloyo,
kini giliran Sendangsono. Dua tempat wisata ini bertetangga, tetapi memiliki
daya tarik yang berbeda. Bila Suroloyo memiliki panorama yang indah banget,
Sendangsono memanjakan penikmatnya dengan arsitektur yang memukau dan
ketenangan yang positif. Yup, Sendangsono adalah salah satu tempat wisata
religi.
Sedikit tentang
Secara harfiah, Sendangsono berarti mata air di bawah pohon
sono. “Sendang” artinya ‘mata air’, sedangkan “sono” artinya ‘pohon sono’. Konon katanya, Sendangsono merupakan tempat
istirahat para pejalan kaki dari Kecamatan Borobudur-Magelang ke Kecamatan
Boro-Kulonprogo atau sebaliknya. Kenapa? Karena adanya mata air yang muncul di
atara dua pohon sono.
Berbicara tentang Sendangsono, tentu tak bisa lepas
lingkaran sejarah Gereja Katolik di Pulau Jawa. Romo Van Lith Sj., rohaniawan Belanda yang
lama tinggal di Pulau Jawa, adalah salah seorang rohaniawan yang menyebarkan
agama Katolik di Pulau Jawa. Pada 14 Desember 2014, beliau membaptis 141 warga
setempat dengan air dari kedua pohon sono.
Sendangsono juga disebut sebagai Gua maria Lourdes. Kenapa?
Konon katanya, pada tahun 1945, pemuda Indonesia yang berziarah ke Lourdes
membawa batu tempat penampakan Bunda Maria untuk ditanamkan di bawah kaki Bunda
Maria Sendangsono. Sementara, Patung Bunda Maria itu sendiri, yang ada di
Sendangsono, dipersembahkan oleh Ratu Spanyol. Para warga Kalibawang bergotong
royong membawanya naik dari Desa Sentolo.
Bangunan yang keren di Sendangsono tentu memiliki sejarah.
Seperti kapel utama yang terdapat relief pembaptisan oleh Romo Van Lith Sj.
Juga Kapel Bunda Maria dan Kapel Para Rasul yang ngingetin pengunjung akan
perjuangan Bunda Maria dan 12 Rasul Kristus.
Ada juga, lho, mitos tentang sendangnya. Konon katanya, bila
kita membawa pulang air sendang dan meminumnya, berkah akan mengalir dalam diri
kita. Mmm, nggak tahu benar atau nggak-nya, soalnya aku nggak nyobain minum
airnya, cuma buat cuci tangan dan muka. Tapi serius, seger banget airnya. Dan,
udah banyak keran yang mengalirkan airnya. Jadi, nggak susah lagi kalau mau
bawa oleh-oleh air dari pohon sono J.
How to get there?
Sendangsono ada di Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang,
Kulon Progo. Dari UGM, waktu tempuhnya sekitar 1 jam.
Syukurlah, perjalanan ke Sendangsono nggak pakai nyasar. Rutenya
memang cenderung mudah (mungkin karena sebelumnya aku pernah ke Suroloyo, jadi
lumayan tahu rutenya). Perempatan ring road
Godean ke barat – Pasar Godean ke barat – Perempatan Gedongan (yang ada warung
sate dan swalayan Purnama) ke barat – Perempatan Kenteng ke utara (ambil arah
Magelang/Muntilan) – Perempatan Dekso (yang ada tugu di tengahnya) ke utara
(ambil jalan lurus) – luruuuuusssssssss aja terus (terus ambil arah
Magelang/Muntilan) – pokoknya masih lurus terusssssssssss – sampai ada plang ke
kiri Sendangsono; lurus Magelang – nah, ini baru belok kiri ambil arah ke
Sendangsono – ikuti jalan aja terus – ada pertigaan ambil arah kiri – ada
pertigaan lagi (atau perempatan ya? Soalnya agak menceng dan jalannya kecil)
yang ada penunjuk jalan ke Gereja Promasan dan Sendangsono, ambil jalan lurus
ke Sendangsono – sampai deh di Sendangsono. Sepanjang jalan nanti bakalan
ditemui banyak penunjuk jalan arah ke Sendangsono, jadi nggak perlu khawatir.
Pemandangan kiri-kanan? Baguusss bangeeetttt!
Aral melintang
Ini bukan aral melintang, sih, sebenernya. Jadi gini,
setelah keluar dari area parkir, aku dan partner ambil arah kanan. Itu jalan menanjak. Dan kami
jalan kaki. Hosh hosh hosh. Bisa dibayangin nggak? Badan sampai bungkuk-bungkuk
karena berjalan di kemiringan 450. Sebenarnya nggak sampai 10 menit
(itu pun aku pake berhenti). Akhirnya, sampailah kami di papan penunjuk seperti
ini:
Setelah kamu turun dan menikmati Sendangsono ... alamak,
ternyata jalan keluar kami malah jalan masuk hahaha. Banyak pedagang suvenir
dan makanan. Dan ada gapura yang bertuliskan “Selamat Datang di Sendangsono”.
Jadi kami salah jalan, nih? Kebalik gitu? Hahahaha.
Like/dislike
Aku suka ketenangan yang ada di Sendangsono. Begitu
menginjakkan kaki, hawa sejuk menyapa dan kicauan burung mengalun. Asri, indah,
tenang, teduh ... membuat hati damai. Banyak orang berkunjung, tetapi mereka
tenang. Mungkin karena ada beberapa orang yang sedang beribadah. Tapi, ini yang
membuatku salut. Toleransi sangat dijunjung tinggi.
Sendangsono juga bersih dan terawat. Bahkan, toiletnya aja
bersih, loh.
Arsitekturnya? Nggak usah dipertanyakan. Bahkan, Sendangsono
mendapat penghargaan IAI Award pada tahun 1991. Memang keren banget. Semua
arsitekturnya terawat, bersih, dan memiliki daya tarik. Tangga sarang lebah
(aku menyebutnya begitu karena tiap petaknya berbentuk segi enam :D) sangat
unik. Kapel-kapel yang terawat. Taman-taman yang hijau dan asri. (Jadi pengen
bikin taman kayak gitu di rumah).
Aku suka para pedagangnya yang sopan. Mmm, maksudnya, mereka
nggak harus nawarin barang dagangannya
secara paksa. Ada, kan, beberapa pedangang yang suka nyodor-nyodorin
dagangannya gitu. Malah membuat kita sebagai pengunjung merasa risih. Tempat
jualan juga rapi. Bahkan, arsitekturnya juga keren. Kalau mau beli tasbih, air
mineral, air sendang, atau makanan B2, bisa banget beli di sini. Bahkan ada
yang jual gula merah dan makanan khas Kulon Progo.
Kayaknya, hampir nggak ada negatifnya. Semuanya keren,
teratur, rapi, indah, ... dan yang pasti cocok untuk siapa pun yang butuh
ketenangan J.
Bujet
Bensin 10.000 (Sebenernya 20.000. Tapi, seperti biasa,
dibagi dua jadi cuma 10.000)
Parkir 1.000
Totalnya cuma 11.000. Aduh, hebat banget, kan? Kecuali kalau
beli sesuatu buat oleh-oleh. Bakalan nambah, sih. Bergantung beli oleh-oleh
apa.
Foto
![]() |
Ps: Nggak ada tiket masuk, yang ada cuma tarif parkir 1.000
rupiah. Huawww banget, kan?
No comments:
Post a Comment