Monday, 19 May 2014

Sendangsono

Minggu, 11 Mei 2014
     Setelah Suroloyo, kini giliran Sendangsono. Dua tempat wisata ini bertetangga, tetapi memiliki daya tarik yang berbeda. Bila Suroloyo memiliki panorama yang indah banget, Sendangsono memanjakan penikmatnya dengan arsitektur yang memukau dan ketenangan yang positif. Yup, Sendangsono adalah salah satu tempat wisata religi.

Sedikit tentang
     Secara harfiah, Sendangsono berarti mata air di bawah pohon sono. “Sendang” artinya ‘mata air’, sedangkan “sono” artinya ‘pohon sono’.  Konon katanya, Sendangsono merupakan tempat istirahat para pejalan kaki dari Kecamatan Borobudur-Magelang ke Kecamatan Boro-Kulonprogo atau sebaliknya. Kenapa? Karena adanya mata air yang muncul di atara dua pohon sono.
     Berbicara tentang Sendangsono, tentu tak bisa lepas lingkaran sejarah Gereja Katolik di Pulau Jawa.   Romo Van Lith Sj., rohaniawan Belanda yang lama tinggal di Pulau Jawa, adalah salah seorang rohaniawan yang menyebarkan agama Katolik di Pulau Jawa. Pada 14 Desember 2014, beliau membaptis 141 warga setempat dengan air dari kedua pohon sono.
     Sendangsono juga disebut sebagai Gua maria Lourdes. Kenapa? Konon katanya, pada tahun 1945, pemuda Indonesia yang berziarah ke Lourdes membawa batu tempat penampakan Bunda Maria untuk ditanamkan di bawah kaki Bunda Maria Sendangsono. Sementara, Patung Bunda Maria itu sendiri, yang ada di Sendangsono, dipersembahkan oleh Ratu Spanyol. Para warga Kalibawang bergotong royong membawanya naik dari Desa Sentolo.
     Bangunan yang keren di Sendangsono tentu memiliki sejarah. Seperti kapel utama yang terdapat relief pembaptisan oleh Romo Van Lith Sj. Juga Kapel Bunda Maria dan Kapel Para Rasul yang ngingetin pengunjung akan perjuangan Bunda Maria dan 12 Rasul Kristus.
     Ada juga, lho, mitos tentang sendangnya. Konon katanya, bila kita membawa pulang air sendang dan meminumnya, berkah akan mengalir dalam diri kita. Mmm, nggak tahu benar atau nggak-nya, soalnya aku nggak nyobain minum airnya, cuma buat cuci tangan dan muka. Tapi serius, seger banget airnya. Dan, udah banyak keran yang mengalirkan airnya. Jadi, nggak susah lagi kalau mau bawa oleh-oleh air dari pohon sono J.

How to get there?
     Sendangsono ada di Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo. Dari UGM, waktu tempuhnya sekitar 1 jam.
     Syukurlah, perjalanan ke Sendangsono nggak pakai nyasar. Rutenya memang cenderung mudah (mungkin karena sebelumnya aku pernah ke Suroloyo, jadi lumayan tahu rutenya). Perempatan ring road Godean ke barat – Pasar Godean ke barat – Perempatan Gedongan (yang ada warung sate dan swalayan Purnama) ke barat – Perempatan Kenteng ke utara (ambil arah Magelang/Muntilan) – Perempatan Dekso (yang ada tugu di tengahnya) ke utara (ambil jalan lurus) – luruuuuusssssssss aja terus (terus ambil arah Magelang/Muntilan) – pokoknya masih lurus terusssssssssss – sampai ada plang ke kiri Sendangsono; lurus Magelang – nah, ini baru belok kiri ambil arah ke Sendangsono – ikuti jalan aja terus – ada pertigaan ambil arah kiri – ada pertigaan lagi (atau perempatan ya? Soalnya agak menceng dan jalannya kecil) yang ada penunjuk jalan ke Gereja Promasan dan Sendangsono, ambil jalan lurus ke Sendangsono – sampai deh di Sendangsono. Sepanjang jalan nanti bakalan ditemui banyak penunjuk jalan arah ke Sendangsono, jadi nggak perlu khawatir. Pemandangan kiri-kanan? Baguusss bangeeetttt!

Aral melintang
     Ini bukan aral melintang, sih, sebenernya. Jadi gini, setelah keluar dari area parkir, aku dan partner  ambil arah kanan. Itu jalan menanjak. Dan kami jalan kaki. Hosh hosh hosh. Bisa dibayangin nggak? Badan sampai bungkuk-bungkuk karena berjalan di kemiringan 450. Sebenarnya nggak sampai 10 menit (itu pun aku pake berhenti). Akhirnya, sampailah kami di papan penunjuk seperti ini:

     Setelah kamu turun dan menikmati Sendangsono ... alamak, ternyata jalan keluar kami malah jalan masuk hahaha. Banyak pedagang suvenir dan makanan. Dan ada gapura yang bertuliskan “Selamat Datang di Sendangsono”. Jadi kami salah jalan, nih? Kebalik gitu? Hahahaha.


Like/dislike
     Aku suka ketenangan yang ada di Sendangsono. Begitu menginjakkan kaki, hawa sejuk menyapa dan kicauan burung mengalun. Asri, indah, tenang, teduh ... membuat hati damai. Banyak orang berkunjung, tetapi mereka tenang. Mungkin karena ada beberapa orang yang sedang beribadah. Tapi, ini yang membuatku salut. Toleransi sangat dijunjung tinggi.
     Sendangsono juga bersih dan terawat. Bahkan, toiletnya aja bersih, loh.
     Arsitekturnya? Nggak usah dipertanyakan. Bahkan, Sendangsono mendapat penghargaan IAI Award pada tahun 1991. Memang keren banget. Semua arsitekturnya terawat, bersih, dan memiliki daya tarik. Tangga sarang lebah (aku menyebutnya begitu karena tiap petaknya berbentuk segi enam :D) sangat unik. Kapel-kapel yang terawat. Taman-taman yang hijau dan asri. (Jadi pengen bikin taman kayak gitu di rumah).
Aku suka para pedagangnya yang sopan. Mmm, maksudnya, mereka nggak harus nawarin  barang dagangannya secara paksa. Ada, kan, beberapa pedangang yang suka nyodor-nyodorin dagangannya gitu. Malah membuat kita sebagai pengunjung merasa risih. Tempat jualan juga rapi. Bahkan, arsitekturnya juga keren. Kalau mau beli tasbih, air mineral, air sendang, atau makanan B2, bisa banget beli di sini. Bahkan ada yang jual gula merah dan makanan khas Kulon Progo.
     Kayaknya, hampir nggak ada negatifnya. Semuanya keren, teratur, rapi, indah, ... dan yang pasti cocok untuk siapa pun yang butuh ketenangan J.

Bujet
Bensin 10.000 (Sebenernya 20.000. Tapi, seperti biasa, dibagi dua jadi cuma 10.000)
Parkir 1.000
Totalnya cuma 11.000. Aduh, hebat banget, kan? Kecuali kalau beli sesuatu buat oleh-oleh. Bakalan nambah, sih. Bergantung beli oleh-oleh apa.

Foto























Ps: Nggak ada tiket masuk, yang ada cuma tarif parkir 1.000 rupiah. Huawww banget, kan?

No comments:

Post a Comment