Sabtu, 24 Mei 2014
Ini kali pertama ngomongin soal buku. Kalau bahasa gaulnya
sih: review. Awww ... berasa intelek.
Jadi gini, semingguan kemarin aku baca buku yang menurutku
... oke banget. Awalnya aku merasa tertipu.
Loh kenapa? Tertipu oleh halaman-halaman awal yang bikin aku mikir kalau
ini buku remaja yang ... yah, khas remaja gitu. Remaja menginjak dewasa lebih
tepatnya. Gimana kehidupan cintanya, keluarganya, sampe masa magang yang aku
kira ... yah, so menye-menye. Tapi
ternyata, inspiratif banget, Pemirsa!
Sedikit tentang
Dear Prudence,
novel karya Daniel Faizal. Sebelumnya, aku nggak tahu siapa itu Daniel Faizal
dan latar belakang dia (sampe sekarang juga belum tahu secara detail:D).
Dampaknya, pikiran liarku terbang ke mana-mana. Aku kira kisah di novel ini
adalah kisah nyata. Kalau orang bule bilang: based on true story. Tapi, pas aku gugling dan tanya-tanya, kayaknya bukan kisah nyata, ya? Ini fiktif
belaka. (CMIIW, pleaseee ....)
Kalimat di novel ini ngalir aja. Pake sapaan lo-gue,
bokap-nyokap. Ada juga beberapa kata umpatan yang nggak terasa kasar, malah terasa
banget akrabnya.
Novel ini berkisah tentang Irvine Suherman, seorang cowok
yang suka banget sama The Beatles. Ini karena bokapnya. Dari kecil, Irvine
udah dicekoki sama lagu-lagu The Beatles. Sampe dewasa, dia jadi suka sama
lagu-lagu The Beatles. Mood-nya
bakalan naik setelah dengar lagu-lagu The Beatles.
Di novel ini, Irvine suka banget sama cewek yang namanya
Anastasia Prudence, teman satu jurusan di DKV (si Irvine ini kuliah di jurusan
DKV). Panggilannya Prue. Kebetulan banget, namanya sama kayak salah satu judul
lagu The Beatles. Di novel ini, Prue digambarin sebagai cewek yang cantik,
atraktif, dan ... aku sih bacanya suka banget sama hal-hal yang dilakuin sama Irvine.
Mereka juga sama-sama suka The Beatles
Selain aksi PDKT sama Prue, di novel ini juga diceritain
tentang mimpi besar Irvine. Terinspirasi oleh The Beatles, Irvine pengin banget
jadi seorang legend, menciptakan
karya yang bisa dikenang orang lain sepanjang masa. Mimpi terbesarnya adalah
menjadi mograpf (motion graphic) yang bisa bikin karya-karya besar. Nah, buat
mencapai cita-cita itu, segala hal dilakuin sama Irvine. Mulai dai magang di
stasiun televisi, nyari kerjaan yang ada hubungannya sama mograph, dan lain-lain (nggak asyik kalau aku beberin di sini :P).
Tapi, bukan mimpi terbesar namanya kalau tanpa halangan. Mulai
dari diremehin, dicuekin, sampe rasa egois.
Ending?
R.A.H.A.S.I.A. Nggak asyik banget kalau kasih tahu ending. Berasa makan nasi goreng sapi tapi dimakan dulu daging
sapinya. Nggak asyik banget sumpah!
Tentang sedikit
Setelah baca buku ini, aku jadi memikirkan banyak hal.
Apa mimpi terbesar aku? Apa iya yang aku lakuin sekarang
bisa bikin aku lebih dekat sama mimpi itu? Halangannya apa aja? Apa iya
halangan-halangan itu udah bisa aku selesaiin?
Aku punya mimpi. Dan aku sedang melakukan hal-hal yang bisa
membuat aku dekat sama mimpi aku. Halangan? Pasti ada dan aku berusaha banget
buat mengatasi halangan itu.
Sehari setelah aku baca buku ini, semangat itu masih ada.
Hingga detik aku menulis hal ini, semangat itu juga masih ada. Nah,
pertanyaannya, sampai kapan semangat itu ada?
Terkadang kita terlalu
fokus dengan mimpi besar
Lalu, bagaimana bila mimpi itu tak kunjung aku gapai?
Ada satu filosfi yang aku sukai di sini. Ketika Irvine
merenungi apa yang telah terjadi, dia ingat satu hal.
Ketika ia kecil, dia pernah bertanya kepada ibunya, “Mengapa sungai menjadi dua?” Ibunya menjawab, "Sungai menjadi dua karena Tuhan membuatnya begitu, agar ikan-ikan bisa berenang ke mana pun mereka mau." Awalnya Irvine nggak paham, tapi setelah dia mengalami suatu hal besar, pahamlah dia: Tuhan membagi aliran itu agar ikan-ikan memiliki pilihan untuk menentukan arah. Tapi, ikan-ikan tidak menentukan aliran mereka sendiri, Tuhan menunjukkan tikungan arus yang harus mereka pilih.
Ketika ia kecil, dia pernah bertanya kepada ibunya, “Mengapa sungai menjadi dua?” Ibunya menjawab, "Sungai menjadi dua karena Tuhan membuatnya begitu, agar ikan-ikan bisa berenang ke mana pun mereka mau." Awalnya Irvine nggak paham, tapi setelah dia mengalami suatu hal besar, pahamlah dia: Tuhan membagi aliran itu agar ikan-ikan memiliki pilihan untuk menentukan arah. Tapi, ikan-ikan tidak menentukan aliran mereka sendiri, Tuhan menunjukkan tikungan arus yang harus mereka pilih.
Jadi, ketika Tuhan tidak mengabulkan mimpi kita, yakinlah
bahwa tangan Tuhan tengah membawa kita menuju mimpi lain yang lebih besar.
Seperti Irvine yang mengagumi jalan Tuhan, aku pun pasti
juga akan mengagumi jalan-Nya.
Hal-hal yang bisa aku
petik
1. Kita terlalu fokus pada hal besar, sampai hal yang kecil
kita lupakan. Padahal, hal kecil itulah yang membuat kita bisa melakukan hal
besar.
2. Segera tembak gebetanmu :P.
3. Hapus rasa egois. Sumpah, itu kayak batu besar yang
ngganjel jalannya sampah di selokan.
4. Bila Tuhan tak mengabulkan mimpimu, jangan menyerah dan
jangan salahkan Dia. Pasti ada hal baik di balik itu semua.
Blackjack with 6 or 7 numbers at casinos
ReplyDeleteThe most common 먹튀 신고 four-card dealer's 가입시 꽁 머니 환전 cards are marathon bet the dealer's hand. The dealer takes the 먹튀사이트 조회 first and second card 룰렛 판 of the dealer's hand. A hand with the highest