Aku pengin wisata alam yang jauuuhhhh dari kota. Tapi, kan,
ini lagi tengah bulan menuju akhir bulan. Uang gaji udah banyak kepake buat
beli ini-itu di awal bulan. Arrgghhh ... susah banget jadi pejuang 8 to 5 kalo
kayak gini. Hiks.
Apalagi yang mahasiswa. Uang dari Big Boss (baca: ortu)
musti dieman-eman sampai akhir bulan. Padahal musti bayar kos juga. Belum buku
diktat (ya ampyun, diktat. Berasa balik ke 90-an :D), buat makan, buat pacaran.
Hmf ....
Tenang, Lala. Ibu peri punya cara agar kamu bahagia
*Kata-kata Ibu Peri di sinetron Bidadari* *Jadul banget, yes? Biarin*.
Hehehe. Aku emang bukan Ibu Peri. Atau Bundadari. Tapi, aku
punya satu ide yang cocok buat kalian-kalian yang pengin banget keluar dari
pekatnya polusi kota, boleh lho ngikutin saran akyu.
Jadi, kemarin aku aku juga mengalami apa yang kalian alami.
Pengin pergi-pergi, tapi uang mepet alias nggak ada bajet buat dolan-dolan
cantik. Terus aku gugling, deh. Keyword-nya:
wisata murah di Jogja (secara ya aku tinggal di Jogja. Nggak mungkin donk keyword-nya “wisata murah di Helsinki”).
Nemu, deh, beberapa alternatif tempat. Setelah bertapa di Gunung Huakwo,
aku mutusin buat pergi ke ... TBM >> Taman Buah Mangunan.
How to get there?
Taman Buah Mangunan, atau yg disebut juga Kebuh Buah
Mangunan, ada
di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Bantul, DI. Yogyakarta.
Mau tahu ancer-ancernya? Oke, Ibu Peri tunjukin, ya >> Mulai dari Jalan Imogiri Timur, terus aja ke Selatan. Jalan Imogiri Timur itu ada di selatannya Terminal Giwangan (jangan salah sama Imogiri Barat :D). Setelah sampai di Kecamatan Imogiri-Dlingo, sekitar 5 km kemudian akan dijumpai Balai Desa Mangunan. Nah, di situ ntar ada petunjuk arah ke lokasi TBM.
Ada apa di sana?
Kiri-kanan, kulihat saja. Banyak pohon rambutan an an
*singing*. Yup, banyak banget pohon rambutan. Tapi sedihnya, aku ke sana pas
musim rambutan udah berakhir. Hiks, sedih banget. Tapi aku tahu hikmahnya.
Setan dan iblis tak mampu memengaruhiku buat nyolong rambutannya. Aku nggak
bisa bayangin kalo ada rambutan merah ranum, dengan daging tebal dan berair
segar, saling bergelantungan asyik minta dipetik. Tentu daftar dosaku semakin
mendesak daftar kebaikanku.
Nggak cuma rambutan. Ada juga belimbing, mangga, durian ... what’s next?
Tapi lagi, nggak usah sedih. Ada juga penjual buah di situ.
Buah yang udah dipetik. Waktu aku ke situ, sih, cuma ada durian dan sirsak. Bau
duriannya, aduhai ... manggil-manggil sekali, kawan. Tapi, please, hokus pokus.
Fokus! Kita wisata alam. Mmm, tapi kalo beli buat oleh-oleh, sih, oke aja (asal
ada bajetnya).
Apalagi selain taman buah? Ada penangkaran buah, ada rumah
organik, ada kolam ikan (kayaknya sih bisa buat mancing), ada warung-warung
kecil dan penjual bakso dan sate tusuk. Tentu ada taman bermain buat anak
kecil. Ayunan, jungkat-jungkit, dll. Tapi ternyata nggak cuma anak kecil, anak
besar pun banyak yang main-main di situ. Soalnya letaknya tepat sebelum jalan
menanjak ke puncak.
Puncak? Heh?
Yup, di atas sono ada gardu pandang. Kita bisa liar lekukan Sungai Oya dan gugusan pegunungan (atau perbukitan) Imogiri (CMIIW). Keren banget. Bagus. Sumpah.
Indah, cantik, sungai berkelok, hijau tetumbuhan. Oke sip.
Siap? Itu jalan ke puncak a.k.a gardu pandang. Boleh naik pake
motor, boleh jalan kaki. Kalau aku, karena si merah udah terparkir rapi di
parkiran depan, dan udah terlanjur sampai situ, mau nggak mau jalan aja. Lagi pula,
aku kan punya jiwa ngirit bensin berpetualang. Jalan nanjak segini
doank, biasa ajah! Jalan kaki 15 menit doank, udah nyampe.
Hosh hosh hosh ... jalannya belum diaspal, batu-batu kecil
berserak. Jadi, yang naik motor ato mobil, ati-ati, ya. Hmm, ada gunanya saya
punya jiwa ngirit bensin berpetualang. Soalnya lebih mudah jalan kaki.
Tapi memang lebih baik naik motor/mobil bagi yang pergi rombongan. Apalagi
mengajak anak kecil atau ibu-bapak.
Fiuuuhhh, akhirnya nyampe juga di kawasan puncak a.k.a gardu
pandang. Ternyata eh ternyata, di sini ada parkirnya. Kayak yang di bawah ini.
Dan ini berbayar.
Agak kaget juga pas nyampe puncak a.k.a gardu pandang.
Banyaakk banget pengunjungnya. Padahal pas gugling kemarin, sepi gitu
tempatnya. Ternyata eh ternyata, aku datang pas long weekend. Yaiyalah rame. Banyak anak kecil juga. Pastinya ini
hari keluarga banget kan, ya.
Like/dislike
Aku suka rasa hosh hosh jalan ke puncak a.k.a gardu pandang.
Aku suka bau daun-daun di kiri-kanan.
Aku suka udara sore yang segar.
Aku suka saat partner jalan menyemangatiku.
Aku suka berfoto-foto.
Aku suka suara gitar di kejauhan, tanda ada sekumpulan
manusia yang tengah bahagia.
Aku suka pemandangan hijau di
bawah sana, sungai yang berkelok, menembus batas.
Aku suka nggak ada yang mojok
dengan keterlaluan (you know, “keterlaluan”
menurutku adalah pangku-pangkuan dan wajah mereka too close. Dan sejauh mata memandang, nggak ada tuh yang kayak
gitu).
Aku suka ....
But,
Aku nggak suka beberapa kecil
sampah yang berserak. Mmm, sebenernya ada sih tempat sampah. Tapi ada beberapa
pengunjung yang nggak tahu letak tempat sampah dan ... buang gitu aja bungkus
makanannya.
Nggak boleh metik buah L.
Hehehe yaiyalah. Tiket juga 5.000 doank. Tapi boleh bawa pulang buah sebagai
oleh-oleh, sih. Tapi beli. Dan udah dipetik.
Berapa duit, nih?
Nih, aku bikinin daftar bajet,
yes. Cermatin baik-baik.
1. Bensin 10.000 (kos aku di
sekitar UGM. Jadi, 10rb itu buat bolak-balik UGM-TBM).
2. Tiket masuk 5.000.
3. Buat beli jajanan atau
oleh-oleh berupa buah segar di sana 1.000—tak terhingga. Kenapa tak terhingga?
Ya karena kebutuhan akan jajajan atau oleh-oleh tiap orang berbeda-beda. Kalau
aku sih bawa minum dan makan sendiri. Minumnya ambil dari galon di kos dan
dimasukin ke botol minum. Makanannya bawa sendiri (sebelumnya udah masak nasi
kebuli. Bisa diliat di cara
membuat nasi kebuli: http://bakpia-keju.blogspot.com/2014/04/semacam-nasi-kebuli-ayam.html)
4. Parkir. Kalau parkir di bawah
alias di dekat pintu masuk, free.
Luas pula. Tapi kalau parkir di atas alias di puncak a.k.a gardu pandang,
berbayar.
5. Toilet. Bagi yang mau ke
toilet, boleh lho. Bayar juga tapi.
Nah, itu daftar pengeluaran yang
pasti dan mungkin. Yang pasti, sih, tiket masuk doank. Yang mungkin, ya
jajajan, parkir, dan toilet. Karena ini wisata murah meriah, aku cuma ngeluarin
10.000 (bensin bagi dua sama Bang Pacar). Yayyy ....
Foto
Next, let the pictures say ....
![]() |
Pintu masuk. |
![]() | |
Parkir depan. |
![]() |
Pengkaran rusa Timor. |
![]() |
Kolam. |
![]() |
Nyampe ataaassss. |
![]() |
Di luar kawasan TBM. |
Ps: Kalau fisik masih dirasa kuat,
ada baiknya jalan aja menuju puncak a.k.a gardu pandang. Rasanya akan lebih
waw. Setelah bercapek-capek, melihat pemandangan yahud yang “dilukis” Tuhan,
rasanya lebih ... muach *selain itu, tentu free
parking :)*.
No comments:
Post a Comment