Minggu, 20 April
Ya ampun, hari Minggu ini banyaaakkk banget pengeluaran.
Hiks. Dan, ini termasuk pengeluaran di luar bajet.
Jadi gini, setelah capek ngecat kamar Dek Titin, sorenya,
aku sama Babang balik ke Sleman. Udah Maghrib, gitu. Perut juga udah laper
(ya ampun, makan lagi >.<). Jalaaannn terus, cari tempat makan. Akhirnya,
sampailah kami di daerah Pogung Lor.
Niatnya, sih, mau makan di warung burjo aja. Tapi, niat
tinggal niat, pas nengok kiri dan ada layar gede dengan gambar sebelas orang
lagi ngerebutin satu bola, berbeloklah kami di tempat makan yang pajang itu
layar gede. Alias, ada nobar bola!
Aku bukan penggemar sepak bola, tapi partner boncenglah yang
suka banget. Yah, mau nggak mau, ngikut aja donk. Tapi dengan catatan, makanan
dan minumannya musti satu buat berdua *pelit berkedok romantis*.
Gimana nggak? Uang di dompet tiggal 20.000. Dan, tahu
sendiri kan, tempat makan yang pajang layar gede-gede itu biasanya harganya di
atas 10.000. Pokoknya kita musti hemat! 20.000 buat berdua (kalo bisa, sih,
masih sisa)
How to get there?
Oh iya, ini namanya Vivo Cafe Special Blend and Coffee.
Letaknya ada di Pogung Lor. Sebelah warung SS Pogung Lor.
Mamam dan mimik
Dari judulnya, aku yakin menu paling yahud adalah ice blend atau kopi. Dan, emang iya. Pas
bingung-bingung mau milih apa, mas-mas baristanya nunjukin kalo yang jadi
favorit itu Taro Ice Blend (10.000). Apaan itu? Ya udah, kami pesen itu mau
nggak mau *sok penasaran*.
Ternyata, pemirsah. Rasanya enaaakkkk *kayaknya semua
makanan enak di lidah aku huhuhuhu T.T*. Terbuat dari talas yang di-blender, ada bubble-nya (sekarang lagi marak minuman dengan embel-embel bubble), ada chocochip, ada kejunya. Yahud banget! Warnanya juga cantik kayak
aku. Ungu gitu. Kyiut banget.
Dulu aku pernah minum Pop Ice rasa talas dan rasanya
... kurang nyambung di lidah aku *tapi tetep dihabisin huhuhu T___T*. Ternyata
Taro Ice Blend ini manis! Enak gitu. Berasa mengawang-awang. Rasa yang
jaraaaangggg banget aku rasain.
Buat mamamnya, kami pilih ketan durian (7.000). Babang aseli Medan sono. Dan, katanya pernah dibikinin makanan macam ni sama kakanya.
Sekalian nostalgia, nggak ada salahnya nyobain lagi. Murah juga. Hahahaha.
Yang ini juga enak. Ketan dengan saus durian. Kalau aku
rasain, saus duriannya itu terbuat dari ... gula merah yang dicairkan plus
durian. Rasa duriannya asli, bukan ekstrak, apalagi perisa. Enak juga ini.
Peringkat
Yah, kami cuma pesan dua biji gitu, apa yang mau
diperingkatin hahahaha. Dan emang, kok, dua-duanya enak. Kali ini seri, deh.
Dua-duanya punya faktor keenakan yang berbeda.
Like/Dislike
Aku suka taronya.
Aku suka ketan duriannya.
Aku juga suka pelayanannya. Loh kenapa? Baiiikkk banget.
Jadi gini, kan kemarin kami datang telat, ketika udah babak kedua. Tempat udah
penuh, donk. Ada, sih, di belakang. Tapi jarak ke colokan listrik jauuuhhh.
Masak sepanjang sisa babak kedua aku diem garing gitu. Penginnya kan ngeblog
*cie*. Nah, mas-mas barista dan yang empunya kafe tahu. Mereka langsung kasih
saran duduk di depan. Sementara yang di depan itu deket banget sama layar. Tapi
it’s okay. Lalu, mereka juga nyariin
kabel roll dan ditaruh di samping
aku. Ya Ampuuunnn, baik banget. Top banget deh buat pelayanannya.
But,
Sebagai tempat nobar, kayaknya agak berisik gitu. Mungkin
karena letaknya dekat jalan raya. Dan sound
system-nya kecil. Apa yang diteriakin komentator bola dan penontonnya nggak
begitu jelas terdengar. Mmmm ... mungkin lain kali bisa diperbesar volumenya,
atau mungkin dibuat sedikit kedap, jadinya suara dari luar nggak begitu
terdengar jelas. Ini mungkin lho, ya. Hehehe ....
Ps: Total cuma habis 17.000. Yaiiiii, sisa 3.000. Lumayaaan
buat nabung parkir. Bdw, parkir geratis, Bero! Selamat J. Bisa banget dijadiin tempat nongkrong plus nobar.